Saturday,
06 February 2010 01:30
Aktivitas
panjat tebing sudah dikenal masyarakat sejak lama bahkan masyarakat
tradisional, mereka melakukan pemanjatan guna mencari sumber kehidupan ataupun
perlindungan, khususnya didaerah pantai dan kawasan karst untuk mencari
sarang burung atau sumber mata air.
Tetapi mereka tidak memakai system dan prosedur yang baku seperti dalam
olahraga panjat tebing sehingga faktor keamanan dan tingkat resiko yang dihadapi
sangatlah tinggi.
Panjat
tebing pertama kali dikenal di kawasan benua Eropa tepatnya di kawasan
pegunungan Alpen sebelum perang Dunia I. Pada awal tahun 1910 dinegara Austria
mulai diperkenalkan penggunaan peralatan-peralatan yang digunakan untuk
menunjang dalam kegiatan panjat tebing seperti carabiner (cincin kait) dan
piton (paku tebing) yang pada saat itu masih terbuat dari besi baja. Dan
berawal dari situlah para pendaki dari Austria dan Jerman mulai mengembangkan
peralatan dan teknik olah raga ini. Seiring waktu yang terus berjalan peralatan
olah raga ini banyak mengalami inovasi, terutama pada bahan pembuatannya, uji
kekuatan gaya tariknya, kepraktisan penggunaan alat serta prosedur keamanan
alat yang telah distandartkan.
Di
Indonesia olahraga panjat tebing sendiri telah terbentuk sejak tahun 1988 yang
memiliki organisasi yang pada saat itu bernama FPGTI (Federasi Panjat Gunung
Dan Panjat Tebing Indonesia) yang kemudian berganti nama dengan FPTI (Federasi
Panjat Tebing Indonesia) sampai sekarang ini.
DEFINISI
PANJAT TEBING
Panjat
tebing atau istilah asingnya dikenal dengan Rock Climbing merupakan salah satu
dari sekian banyak olah raga alam bebas dan merupakan salah satu bagian dari
mendaki gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan
harus menggunakan peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya.
Pada umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang berkontur batuan tebing
dengan sudut kemiringan mencapai lebih dari 45°
dan mempunyai tingkat kesulitan tertentu.
Pada
dasarnya olah raga panjat tebing adalah suatu olah raga yang mengutamakan
kelenturan, kekuatan / daya tahan tubuh, kecerdikan, kerja sama team serta
ketrampilan dan pengalaman setiap individu untuk menyiasati tebing itu sendiri.
Dalam menambah ketinggian dengan memanfaatkan cacat batuan maupun rekahan /
celah yang terdapat ditebing tersebut serta pemanfaatan peralatan yang efektif
dan efisien untuk mencapai puncak pemanjatan.
Pada
awalnya panjat tebing merupakan olah raga yang bersifat petualangan murni dan
sedikit sekali memiliki peraturan yang jelas, seiring dengan berkembangnya olah
raga itu sendiri dari waktu kewaktu telah ada bentuk dan standart baku dalam
aktifitas dalam panjat tebing yang diikuti oleh penggiat panjat tebing.
Banyaknya tuntutan tentang perkembangan olah raga ini memberi alternatif yang
lain dari unsur petualangan itu sendiri. Dengan lebih mengedepankan unsur olah
raga murni (sport).
PEMANJATAN
ROCK CLIMBING
Saturday,
06 February 2010 01:35
Sistem
pemanjatan dibagi menjadi dua :
1.
Himalayan system
Pemanjatan
system Himalayan ini adalah pemanjatan yang dilakukan dengan cara terhubungnya
antara titik start (ground) dengan pitch / terminal terakhir pemanjatan,
hubungan antara titik start dengan pitch adalah menggunakan tali transport,
dimana tali tersebut adalah berfungsi supaya hubungan antara team pemanjat
dengan team yang dibawah dapat terus berlangsung tali transport ini berfungsi
juga sebagai lintasan pergantian team pemanjat juga sebagai jalur suplai peralatan
ataupun yang lainnya.
2. Alpen system
Lain
halnya dengan system diatas, jadi antara titik start dengan pitch terakhir sama
sekali tidak terhubung dengan tali transpot, sehingga jalur pemanjatan adalah
sebagai jalur perjalanan yang tidak akan dilewati kembali oleh team yang
dibawah. Maka pemanjatan dengan system ini benar-benar harus matang
perencanaanya karena semua kebutuhan yang mendukung dalam pemanjatan tersubut
harus dibawa pada saat itu juga.
Dilihat
dari bentuk penggunaan peralatan, panjat tebing terbagi menjadi 2 kelompok
besar:
1. Artificial climbing
Merupakan
pemanjatan yang mana didalam pergerakannya sepenuhnya didukung oleh alat dan
pemanjat tidak bisa berbuat apa-apa tanpa bantuan alat tersebut. Peralatan
selain sebagai pengaman juga sebagai tumpuan untuk menambah ketinggian dalam
melakukan pemanjatan tersebut. Perlu diingat bahwasannya untuk dapat bergerak
cepat dan aman dalam melakukan pemanjatan bukan disebabkan karena adanya
peralatan yang super modern melainkan lebih diutamakan pada penggunaan teknik
yang baik.
2.
Free climbing
Adalah
pemanjatan yang mengunakan alat hanya semata-mata untuk menambah ketinggian dan
alat berfungsi sebagai pengaman saja tetapi tidak mempengaruhi gerak dari pemanjat. Walaupun dalam
pemanjatan tipe ini pemanjat diamankan oleh seorang belayer namun pengaman yang
baik adalah diri sendiri.
Sedangkan
untuk pengembangan dari jenis pemanjatan free climbing itu sendiri dibagi
menjadi dua yaitu :
-
Top rope : pemanjatan dimana tali
pemanjatan sudah terpasang sebelumnya
-
Solo : pemanjatan yang dilakukan
seorang diri dengan merangkap fungsi sebagai Leader, Cleaner dan Belayer.
Sedangkan
solo sendiri juga dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Solo artificial climbing
b. Solo free climbing.
SUMBER
:
http://www.mayapala.com/article/rock-climbing/13-sejarah-panjat-tebing.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar